Seminar Daring Sil Ui #2 Menghadirkan Dua Menteri Kesehatan R.I. (Pada Kabinet Reformasi Pembangunan Dan Kabinet Kerja 2014-2019)
March 1, 2023 2024-12-21 17:17Seminar Daring Sil Ui #2 Menghadirkan Dua Menteri Kesehatan R.I. (Pada Kabinet Reformasi Pembangunan Dan Kabinet Kerja 2014-2019)
Seminar Daring Sil Ui #2 Menghadirkan Dua Menteri Kesehatan R.I. (Pada Kabinet Reformasi Pembangunan Dan Kabinet Kerja 2014-2019)
Setelah sukses menggelar seminar daring #1 dengan menjaring 500 peserta zoom dan 8549 viewers pada link youtube Humas SIL dan SKSG dalam rangka Dies Natalis ke-4 pada 12 Juli 2020, Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) kembali mengadakan acara seminar daring series #2 dengan tema “Reformasi Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan: Pengelolaan Lingkungan dan Sosial di Masa Pandemi Covid-19”. Tema yang diangkat oleh SIL UI kali ini dilatarbelakangi oleh keresahan soal pandemi Covid-19. Sebagian masyarakat belum sadar bahwa pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini tidak lepas dari efek perusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam. Hal ini dipaparkan oleh Ketua Komite Sekolah SIL UI, Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto, S.K.M., Dr.PH. di dalam sambutannya.
Menggandeng 2 Menteri Kesehatan pada masa Kabinet Reformasi Pembangunan dan Kabinet Kerja 2014-2019 yaitu Prof. Dr. dr. Farid Anfasa Moeloek, Sp.OG(K) dan Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M(K), seminar ini sukses disaksikan oleh 525 peserta zoom dan 5712 viewers pada link youtube Humas SIL dan SKSG.
Peningkatan populasi dapat memicu peningkat konsumsi yang semakin tinggi. Hal berpengaruh pada laju deforestasi sehingga keseimbangan ekosistem akan terganggu dan menciptakan pola terjadinya penyakit menular seperti Covid-19, SARS dan MERS. Deforestasi dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati sebagai penyeimbang kehidupan alam. Jika ekosistem rusak maka semakin mudah perkembangan penyakit menular. Selain itu, deforestasi akan menyebabkan kurangnya ketersediaan bahan baku obat-obatan yang mampu memperkuat imun pada tubuh manusia. Deforestasi juga dapat menyebarkan organisme pembawa patogen karena terganggunya habitat alami sehingga pola ini akan menyebabkan organisme bermigrasi ke tempat baru dan menyebabkan penyakit baru dan pola penyebaran penyakit akan semakin luas.
Dampak munculnya pandemi dapat diminimalisasi melalui sistem pembangunan berkelanjutan. Perubahan lingkungan harus mengacu pada pola pembangunan berkelanjutan sehingga dapat mengurangi resiko timbulnya penyakit, meningkatkan produksi pangan, dan konservasi keanekaragaman hayati. Dengan menerapkan sistem pembangunan berkelanjutan maka pandemik global yang akan terjadi dapat diantisipasi sejak dini. Sesuai dengan rekomendasi WHO, pandemi global harus diantisipasi dengan pembentukan agenda sejak awal melalui pendekatan yang tepat, pengetahuan tentang wabah penyakit sebelumnya yang memadai, dan pelibatan komunitas secara global. Oleh sebab itu, penting untuk mengedukasi komunitas/kelompok mengenai pembangunan yang berkelanjutan yang dapat menjaga kestabilan ekosistem sehingga dapat mencegah munculnya penyakit-penyakit yang baru.
Prof. Dr. dr. Farid Anfasa Moeloek, Sp.OG(K) sebagai Keynote Speaker pada seminar kali ini mengatakan, bahwa ketidakseimbangan lingkungan dapat memicu terjadinya penyakit. Oleh sebab itu, studi ilmu lingkungan, dengan teori-teori yang ada, dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan secara komprehensif dengan mempertimbangkan aspek lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya. Studi ilmu lingkungan menjadi sebuah solusi untuk menjaga keseimbangan ekosistem agar tetap terjaga dan seimbang.
Sesi selanjutnya dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh pemateri seminar yang dimoderatori oleh Dr. Ahyaudin Sodri selaku dosen SIL UI. Materi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M(K) mengenai reformasi pengelolaan kesehatan mengatasi pandemi Covid-19. Beliau memaparkan bahwa kesehatan masuk kedalam salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) yang saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Dalam menyikapi pandemi yang sedang terjadi, dibutuhkan suatu kolaborasi holistik antara institusi kesehatan dan masyarakat. Kolaborasi holistikyang dimaksudkan yaitu kelompok yang berada dalam institusi kesehatan melakukan the future of medicine dan yang berada di luar institusi kesehatan melakukan the way of thinking sehingga menjadi masyarakt sehat produktif dengan pencegahan serta edukasi kepada masyarakat yang lain.
Berdasarkan teori H.L. Blum (1974), derajat kesehatan dapat dipengaruhi oleh 40% faktor lingkungan, 30% faktor perilaku masyarakat, 20% faktor pelayanan kesehatan, dan 10% faktor genetika. Sehingga faktor lingkungan seperti lingkungan alam dan sosio-budaya serta faktor perilaku masyarakat punya pengaruh besar dalam peningkatan derajat kesehatan. Perubahan perilaku atau gaya hidup menjadi salah satu kunci untuk tercapainya Program Indonesia Sehat dan terbentuknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
Menurut pemaparan beliau, hal yang perlu ditingkatkan sebagai peluang dalam mengatasi masalah kesehatan adalah peningkatan gizi masyarakat melalui sektor pangan, perombakan sistem kesehatan secara menyeluruh termasuk asuransi kesehatan, serta peningkatan sarana komunikasi dan edukasi yang dikemas secara holistik. Saran penanganan pandemi bagi instansi kesehatan yang efektif adalah pemisahan rumah sakit bagi pasien Covid-19 dan non-pasien Covid-19 sebagai upaya menekan tingkat kematian pada setiap pasien. Selain itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai obat-obatan yang berasal dari bahan herbal atau fitofarmaka.
Sebagai penutup, beliau menekankan bahwa kesehatan tidak bisa berdiri sendiri. Kesehatan erat kaitannya dengan kemiskinan, kemiskinan terkait dengan rendahnya pengetahuan. Penyakit erat kaitannya dengan ketahanan dan keamanan pangan, penyakit juga terkait dengan ketersediaan air bersih dan sanitasi. Kesehatan merupakan hilir dari perilaku dan kerusakan lingkungan.
Materi yang kedua disampaikan oleh Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo , M.Si. mengenai pembentukan perilaku individu dan sosial dalam upaya pengelolaan lingkungan mengatasi pandemi Covid-19. Data kasus Covid-19 per tanggal 28 Juli 2020 sudah terkonfirmasi positif sebanyak 102.051 orang dan masih bertambah dengan laju penambahan kurang lebih sekitar 1500 kasus per hari. Tingginya kasus tersebut dikarenakan tes semakin baik dan jangkauannya semakin banyak. Prediksi tren kedepan jumlah kasus akan semakin bertambah. Banyak model yang dibuat untuk memprediksi puncak kasus dan akhir pandemi. Akan tetapi, prediksi tersebut belum dapat dikatakan final karena tergantung pada banyaknya interfensi yang dilakukan.
Cara penanganan Covid-19 adalah dengan menyelesaikan sebab terjadinya penularan yaitu perilaku manusia yang tidak sesuai protokol kesehatan yang telah ditetapkan sehingga dampak pandemi dapat diminimalisasi dan kemudian akan hilang. Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia masih tidak fokus dan tidak terpadu, padahal pemerintah telah membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Akibatnya reaksi yang terjadi di masyarakat pada awal pandemi melanda Indonesia sangat beragam sebagai respons terhadap peraturan dan pernyataan banyak pejabat pemerintah yang membuat “bingung” masyarakat.
Dampak pandemi Covid-19 yang ditimbulkan pada awalnya terfokus pada aspek kesehatan, namun pada waktu berikutnya dampaknya mulai muncul pada aspek lain yaitu ekonomi, sosio-kultur, dan lingkungan. Upaya pemulihan lingkungan, sesuai dengan prinsipnya, difokuskan untuk memitigasi dampak negatif bahkan meniadakannya dan mendorong serta meningkatkan dampak positif.
Karena dampak negatif yang timbul pada umumnya akibat perilaku manusia, maka kata kunci untuk keberhasilan upaya pemulihan lingkungan adalah perubahan perilaku manusia. Seperti, mendisiplinkan diri, memberi keteladanan yang baik mulai dari pemimpin agar dapat diikuti oleh seluruh masyarakat, serta kerjasama gerakan massal untuk sosialisasi Covid-19.
Sebagai penutup, beliau menekankan bahwa semua tindakan dan upaya, tenaga, biaya yang dikeluarkan yang dilakukan untuk menurunkan jumlah orang positif Covid-19 tidak akan optimal bahkan tidak ada hasilnya jika perilaku individu manusia, di Indonesia khususnya, tidak diubah sesuai dengan cara-cara yang telah disampaikan.
Informasi acara dan seminar daring selanjutnya akan diinformasikan melalui sosial media Sekolah Ilmu Lingkungan Universtas Indonesia.