News and Blog

Dukung Pencapaian Konsep Depok Smart City, SIL UI Selenggarakan Workshop Diseminasi Teknologi Kompos MoL (Mikroorganisme Lokal)

SL1
Berita

Dukung Pencapaian Konsep Depok Smart City, SIL UI Selenggarakan Workshop Diseminasi Teknologi Kompos MoL (Mikroorganisme Lokal)

Depok – Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI) bersama dengan Pemerintah Kota Depok menginisiasi gerakan peduli sampah rumah tangga melalui Program Pengabdian Masyarakat dengan tajuk “Workshop Diseminasi Teknologi Kompos MoL (Mikroorganisme Lokal)” pada 5-19 November 2022 di Cinangka, Kota Depok.

Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan di Kota Depok berkaitan dengan pengelolaan sampah guna mendukung konsep Smart City, yaitu kota yang mengelola seluruh potensi sumber daya alam dan manusia secara efektif dan efisien guna memenuhi berbagai kebutuhan dan menyelesaikan berbagai tantangan keberlanjutan melalui integrasi manajemen inovasi secara berkelanjutan.

Acara dibuka dengan sambutan dari Ir. H. Imam Budi Hartono, selaku Wakil Walikota Kota Depok, dan Dr. Sri Setiawati Tumuyu, M.A., selaku ketua koordinator pengabdian masyarakat, aktivis pegiat teknologi kompos MoL, dan tim penilai P2WKSS Nasional.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi dan pelatihan kepada para peserta dengan dihadiri oleh 21 ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikaya di RW 04, Kelurahan Cinangka, yang merupakan Lokasi P2WKSS (Program Peningkatan Peranan Wanita Menuju Keluarga Sehat dan Sejahtera) Kota Depok.

Pelatihan dan pendampingan tersebut tidak hanya dilakukan oleh Dosen dan Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, tetapi juga beberapa alumni lainnya.

Berkaitan dengan ini, Aryani, selaku alumni Program Magister Ilmu Lingkungan menyatakan sangat senang dapat ikut serta membagikan ilmu dalam kajian tesisnya untuk mendukung pengembangan lokasi P2WKSS Kota Depok dan pencapaian konsep Depok Smart City.

“Senang sekali ya rasanya kalau ilmu kita bisa dibagi dan diterapkan secara nyata untuk pengembangan lingkungan dan masyarakat, apalagi di sini mereka juga punya program berkebun, jadi cocok banget untuk mendukung kegiatan berkebunnya,” kata Aryani.

Program ini diinisiasi oleh Dr. Hayati Sari Hasibuan, S.T., M.T. dan Dr. Sri Setiawati Tumuyu, M.A., selaku dosen tetap Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (SIL UI). Mereka menilai bahwa penerapan dan pengembangan teknologi kompos MoL dapat menjadi salah satu solusi yang dapat menghadirkan banyak manfaat secara berkelanjutan.

“Penerapan dan pengembangan teknologi MoL ini tidak hanya mengurangi volume timbulan sampah yang berdampak pada kualitas kesehatan lingkungan bio-fisik, tetapi juga dapat mendukung tercapainya konsep economy circular serta kemandirian produksi sumber pangan untuk ketahanan pangan secara tidak langsung,” ungkap Hayati.

Sejalan dengan itu, Dr. Sri Setiawati Tumuyu, M.A. juga menegaskan bahwa cara pembuatan pupuk Mo Lini mudah dengan bahan-bahan yang mudah didapat dan murah.

“Bahan dasar pembuatan MoL ini adalah nasi atau roti yang sudah kadaluarsa atau yang tidak layak konsumsi. Pengolahan MoL ini tidaklah sulit. Nasi atau roti diletakkan ke dalam besek lalu didiamkan selama 7-14 hari di tempat gelap dan tertutup serta 3 sdm gula dan limbah air cucian beras yang dapat diolah untuk membantu proses fermentasi pada MoL ini,” ucap Sri.

Ia juga menerangkan bahwa Perubahan warna ini disebabkan adanya mikroorganisme pengurai yaitu Tricoderma sp. Penggunaan mikroorganisme sebagai pengurai yang menjadikan kompos ini dinamakan kompos MoL. Pada hal ini, 1 liter cairan MoL dapat menghasilkan 10 liter cairan pupuk.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi warga sekitar untuk dapat menikmati tanaman tumbuh subur, hijau, dan indah dengan biaya yang terjangkau.

Lebih dari itu juga dapat mendukung terciptanya konsep Depok Smart City melalui pengimplementasian pilar Smart Society yang didukung dengan Smart Governance untuk menciptakan Smart Environment bagi terciptanya Smart Living dan Smart Economy dengan tujuan akhir adalah Smart Branding.

Pada konteks masalah persampahan, makna dari pencapaian pilar Smart Society adalah perbaikan mentalitas masyarakat sebagai sumber penghasil sampah, terkait dengan pola dan gaya hidup yang berkembang.